Senin, 20 Januari 2014

Pengertian dan Fungsi Power Supply Komputer

Power Supply Komputer adalah komponen perangkat keras komputer yang berbentuk kotak/persegi yangberfungsi untuk mengubah arus AC menjadi arus DC yang akan digunakan untuk mensuplai arus ke perasngkat keras komputer yang membutuhkan tegangan seperti harddisk, motherboard, CD Room, kipas dan lain-lain. Power Supply mempunyai 2 macam yaitu : power supply AT dan power supply jenis ATX.

Selain itu output pada power supply terdapat banyak konektor yang berbeda-beda yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan dengan kebutuhan hardware pada komputer tersebut, akan tetapi tujuannya sama yaitu untuk memberikan tegangan untuk setiap perangkat keras pada komputer. Berikut adalah fungsi konektor yang terdapat pada power supply :

  1. Konektor 20/24 pin ATX motherboard, merupakan konektor yang langsung dihubungkan ke motherboard, yang memberikan sumber tegangan utama untuk motherboard.
  2. Konektor 4/8 pin 12 V, Konektor ini juga biasa disebut konektor P4 karena pertama kali digunakan bersama komputer prosessor pentium IV. konektor ini berfungsi memberikan daya khusus untuk komponen prosesor.
  3. 6 pin AUX Power Cable, komponen ini berfungsi untuk memberikan daya untuk komponen VGA card yang berbasis PCIe.
  4. Konektor 4 pin peripheral power cable, konektor ini digunakan untuk memberikan daya ke berbagai macam komponen hardware komputer seperti: optical card, casing fan, dan hardisk.
  5. Floppy Disk Drive, konektor ini memiliki ukuran yang relatif kecil yang digunakan untuk memberikan daya untuk floppy disk.
  6. SATA Power Cable, merupakan konektor yang digunakan untuk memberikan tegangan pada hardware yang menggunakan konektor SATA seperti hardisk.
Gambar: Power Supply Komputer

Jika terjadi masalah pada power supply, maka komputer tidak akan menyala atau dalam beberapa kasus komputer akan mati sendiri setelah beberapa menit dihidupkan.
Semoga artikel ini bisa membantu ....

Kamis, 16 Januari 2014

Keindahan Sastra Melayu Klasik

Keindahan Sastra Melayu Klasik
Dalam hal kesusastraan Melayu klasik, yang dikatakan sebagai karya yang indah adalah karya yang tidak saja menampilkan kecantikan bunyi bahasanya, tetapi juga meluas kepada susunan watak dan ceritanya. Selain itu, sastra yang indah itu akan membawa faedah dan manfaat, dimana hal ini biasanya dalam bentuk pengajaran.

Ketika muncul pertanyaan mengenai “kemelayuan,” jawaban dalam konteks wilayah saja ternyata tidak cukup untuk menjelaskannya. Melayu pada dasarnya tidak cukup hanya dijelaskan dengan mengatakan bahwa daerahnya adalah Riau dan Riau Kepulauan, dengan salah satu daerah yang merepresentasikan kebudayaan Melayu itu adalah Pulau Penyengat. Ketika berbicara mengenai bahasa Melayu, wilayah perbincangannya pun tidak cukup hanya pada wilayah Riau dan Kep.Riau. Bahasa Melayu dengan berbagai dialeknya telah dijelaskan oleh beberapa peneliti linguistik, tersebar luas di wilayah Indonesia. Dan ketika berbicara mengenai aspek ‘kemelayuan’ lainnya seperti adat-istiadat, kepribadian, dan sejarah, masing-masing dijelaskan dalam konteks yang berbeda hingga batasan mengenai “kemelayuan” itu pun sulit dideskripsikan.

Satu hal yang menarik jika membicarakan Melayu adalah kesusastraannya, khususnya kesusastraan Melayu Klasik. Ketika kita membicarakan kesusastraan Melayu, khususnya Melayu Klasik, kita memang harus membatasinya ke karya-karya yang muncul atau ditulis pada masa lalu di wilayah kekuasaan kerajaan Melayu Riau. Salah satu fokusnya ada Pulau Penyengat yang memang diakui sebagai salah satu daerah tempat tumbuh dan berkembangnya sastra Melayu Klasik yang juga hingga saat ini menjadi penanda utama budaya Melayu.

Kesusastraan Melayu klasik ini dapat dibedakan berdasarkan bentuk penulisannya, yaitu karya prosa seperti hikayat, dan puisi seperti syair dan pantun. Liaw Yock Fang (1991) lebih spesifik lagi melihat karya-karya prosa Melayu Klasik ini yang kemudian dibedakannya lagi menjadi kesusastraan yang mendapat pengaruh epos India, mendapat pengaruh cerita panji dari Jawa, kesusastraan zaman peralihan Hindu-Islam, kesusastraan zaman Islam, cerita berbingkai, sastra kitab, sastra sejarah, serta undang-undang Melayu lama.

Selain hikayat, syair juga merupakan karya sastra Melayu Klasik yang unik dan menarik. Syair Melayu klasik ini juga sangat beragam isinya hingga Liaw (1991) menggolongkannya menjadi lima kelompok, yaitu syair panji, syair romantik, syair kiasan, syair sejarah, dan syair agama. Begitu indah dan menariknya syair-syair Melayu Klasik ini sehingga sampai saat ini masih sering dibicarakan, dibahas, diteliti, dan juga ditulis ulang. Salah satunya adalah Syair Ikan Terubuk yang menurut Azmi (2006:V) hingga saat ini sudah terdapat lebih kurang dua puluh versi yang diterbitkan.

Syair Ikan Terubuk ini menurut Liaw termasuk kepada syair kiasan. Syair kiasan atau simbolis ini menurut Overbeck (dalam Liaw,1991:222) biasanya mengandung kiasan atau sindiran terhadap peristiwa tertentu. Syair Ikan Terubuk ini sendiri dikatakan merupakan sindiran terhadap anak Raja Malaka yang waktu itu berusaha meminang Putri Siak.

Ditinjau dari bentuk serta isinya, syair ini penuh dengan ungkapan-ungkapan keindahan. Keindahan itu sendiri merupakan pengalaman yang dirasakan oleh setiap pribadi sehingga sudut pandangnya pun akan berbeda-beda. Dalam hal ini penulis mencoba mengungkap keindahan-keindahan yang terdapat dalam Syair Ikan Terubuk berdasarkan konsep keindahan dalam karya sastra Melayu Klasik seperti yang telah dijelaskan oleh beberapa ahli sastra Melayu Klasik.

Sebagai objek penelitian, penulis memilih Syair Ikan Terubuk yang telah diterbitkan oleh Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerja sama dengan penerbit Adicita Karya Nusa pada tahun 2006. Berbeda dengan terbitan syair-syair pada umumnya, BKPBM mencetaknya di kertas art paper dan penuh dengan warna sehingga syair ini dari tampilan bukunya saja sudah indah dan akan semakin menarik untuk dibaca.

2.Konsep Keindahan dalam Sastra Melayu Klasik
Keindahan pada dasarnya adalah kebenaran, ekspresi dan simbol dari kesempurnaan, ciptaan Tuhan, dan manifestasi perasaan tentang sesuatu yang bagus (Santayana, 1961:23). Ciptaan Tuhan mau tidak mau telah menjadi satu ukuran dari keindahan itu. Ketika suatu bentuk ciptaan manusia semakin mendekati kepada kesempurnaan ciptaan Tuhan, makin indah pulalah karyanya itu. Selain itu, pengalaman yang dirasa oleh masing-masing pribadi terhadap sesuatu yang bagus dan indah juga merupakan salah satu hal yang diutamakan dari keindahan tersebut.

Berbicara mengenai keindahan dalam karya sastra, maka kita akan berbicara mengenai susunan dan rangkaian kata yang disusun sedemikian rupa oleh pengarang atau penulisnya. Sebuah karya sastra juga telah mengalami suatu proses pengolahan oleh pengarang atau penulisnya dari suatu fakta atau kenyataan yang ditemuinya dengan menggunakan imajinasinya sehingga fungsi estetis dari karya itu pun lebih menonjol dari pada fungsi informatifnya seperti yang terdapat dalam karya-karya non-fiksi.

Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa setiap karya sastra itu memiliki unsur estetis atau bentuk-bentuk keindahannya masing-masing. Menurut Salleh (2000:234), yang indah itu dicari karena keupayaannya membawa nikmat yang membawa khalayak kepada suatu peringkat yang lebih tinggi kepada bayangan pengalaman luar biasa yang mungkin terdapat hanya di kayangan sastra yang terbina oleh imaginasi. Melalui karya yang indah, kita memanjat tangga pengalaman yang lebih cantik dan halus daripada pengalaman harian. Inilah pengalaman sastra yang dicari.

Dalam hal kesusastraan Melayu Klasik, yang dikatakan sebagai karya yang indah adalah karya yang tidak saja menampilkan kecantikan bunyi bahasanya, tetapi juga meluas kepada susunan watak dan ceritanya (Salleh, 2000:237). Selain itu, sastra yang indah itu akan membawa faedah dan manfaat, biasanya dalam bentuk pengajaran. Pengajaran di sini dapat ditakrifkan dalam suatu julat makna yang luas, daripada membawa panduan untuk membina sesuatu barang atau bangunan, kepada contoh untuk menjadi raja yang adil, istri yang taat, suami yang penyayang, wira yang setia dan secara umumnya manusia yang baik di sisi masyarakat dan agama.
Imam Ghazali mengungkapkan konsep keindahan ‘luaran’ dan ‘dalaman’. Keindahan ‘luaran’ adalah keindahan yang dinyatakan dan dapat dicerap pancaindra. Keindahan ‘dalaman’ adalah keindahan yang tersirat, tidak dinyatakan dan tidak dapat dirasakan, namun yang dicerap akal serta memberi landasan kepada keindahan didaktik yang disebut M.Hj. Salleh. Justru keindahan itulah yang mesti disampaikan kepada pembaca oleh karya sastra zaman klasik dengan cara-cara tersendiri melalui keindahan luaran sebagai bentuk syarat dan petunjuk (Braginsky, 1994: 6)

3. Keindahan dalam Syair Ikan Terubuk
Syair Ikan Terubuk, mengisahkan ikan Terubuk yang tinggal di lautan Malaka tergila-gila kepada ikan Puyu-Puyu yang tinggal di sebuah kolam, di hulu sungai Tanjung Padang. Begitu tergila-gilanya Ikan Terubuk kepada Ikan Puyu-Puyu, sehingga ia menghimpun semua menteri, hulubalang, dan pengawalnya seperti ikan tenggiri, lumba-lumba, pare, dan lain-lain untuk menyerang negeri tempat berdiamnya Puteri Puyu-Puyu jika cintanya ditolak.
Berita mengenai rencanan kedatangan Ikan Terubuk ternyata sampai juga ke telinga Putri Puyu-Puyu. Hatinya pun menjadi gelisah dan takut mengingat serangan tentara Ikan Terubuk ke negerinya nanti. Putri Puyu-Puyu pun menghimpun semua pengiring dan pengawalnya untuk menyampaikan perasaannya yang tidak mungkin menerima Ikan Terubuk karena mereka berdua berlainan negeri, yaitu laut dan darat. Putri Puyu-Puyu pun akhirnya berdoa meminta bantuan kepada datuk neneknya. Bantuan pun datang. Putri Puyu-Puyu beserta semua rakyatnya dijemput untuk naik ke puncak batang pulai. Di sanalah mereka semua bersembunyi.
Ketika Ikan Terubuk beserta pasukannya datang, mereka hanya mendapati negeri yang kosong. Hati Ikan Terubuk pun hancur. Ia kembali pulang dengan mananggung hati yang luka karena cinta yang tidak kesampaian.
Berdasarkan bentuknya, syair ini menampilkan keindahan luaran berupa rangkaian kata yang terdiri dari empat baris, setiap baris mengandung empat kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari 9—12 suku kata. Keempat baris dalam syair merupakan bagian dari sebuah puisi yang lebih panjang dan bersajak a-a-a-a. Berikut salah satu bait dari Syair Ikan Terubuk.

Tunduk menyembah si lumba-lumba
Tuangku jangan berhati hiba
Daripade bunde sampai ke hamba
Sekali ini patikkan cuba (hlm.15)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa bait itu terdiri dari empat baris dengan setiap baris mengandung 9—12 suku kata. Di akhir setiap baris bunyinya sama, yaitu “-ba”. Pemilihan kata “lumba-lumba” di akhir baris pertama dipadankan dengan kata “hiba” di baris kedua, “hamba” di baris ketiga,dan “cuba” di baris keempat. Semua itu merupakan upaya untuk membuat bunyi dari rangkaian kata tersebut menjadi indah.
Dalam isi juga terdapat ungkapan-ungkapan mengenai keindahan itu sendiri dalam alam pemikiran orang Melayu. Salah satunya adalah konsep keindahan berupa kecantikan seorang perempuan seperti kutipan berikut.

Putih kuning tubuhnya tentu
Seperti emas sepuluh mutu
Bertautan dengan tingkahnye laku
Mate memandang tidaklah jemu

Kecil molek pinggangnya lampai
Rambutnya seperti mayang mengurai
Berpatutan pule denganye perangai
Sembarang kerja ienye pandai

Pinggangnya rampai dedenye bidang
Apetah lagi lehernya jenjang
Pipine seperti pauh dilayang
Seape melihat berhati sayang

Dahinye bagai sehari bulan
Sangatlah manis sembarang kelakuan
Sangatlah elok member rawan
Patutlah dengan asalnye badan

Telinganye seperti taruh angsoke
Seperti kuntum hidungnye juge
Siape melihat berhati duke
Orang memandang berhati suke

Matenye bulat terlalu manis
Siape melihat kasihnye habis
Laksana Galuh Ratna Wilis
Lengannya lentik sangatlah majlis

Giginya putih sangat bercahaye
Siape melihat kasihkan die
Lakunye manje sangat bergaye
Dengannye tuan padanlah die

Bibirnye manis amat dermawan
Lalai melihat laki-laki perempuan
Patut dipujuk di dalam pangkuan
Seperti anakan turun di awan

Pahanye seperti paha belalang
Siape melihat berhati walang
Duduk bercerite pagi dan petang
Di dalam tidur rasenye dating

Betisnya bagai batangnye padi
Berpatutan pule dengannye jari
Kukuny kecil seperti tali
Makin dipandang bertambah berahi

Tumitnya bagai telurnye burung
Laki perempuan heran termenung
Patut ditimang serte didukung
Tiade berbanding di dalam kampong

Jikalau ie melakukan senyum
Laksane buah masaknye ranum
Parasnye seperti ratenye Anom
Seperti syarabat akan diminum

Jikalau ia mengeluarkan kate
Halus manis jangan dikate
Tiadelah janggal dipadang mate
Patutlah duduk di dalam kote (hlm.5—8)

Kutipan di atas juga menampilkan konsep keindahan ‘luaran’ seperti yang diungkapkan Imam Ghazali. Bagi orang Melayu kala itu, seorang wanita yang cantik adalah yang terlihat  berkulit putih kuning, berpinggang kecil molek, berambut panjang terurai, berdada bidang, leher jendang, pipinya seperti pauh dilayang, telinganya seperti taruh angsoke, hidung seperti kuntum, bermata bulat, lengan lentik, gigi putih bercahaya, paha seperti paha belalang,betis seperti batang padi, kuku kecil seperti tali, tumit seperti telur burung,
Selain itu, Seorang perempuan juga diharapkan mampu melakukan banyak pekerjaan. Bibir yang manis adalah bibir yang dermawan, maksudnya yang mengeluarkan kata yang manis, halus, dan ramah seperti kutipan berikut.

Puteri puyu-puyu konon namanye
Di dalam kolam konon tempatnya
Cantik manis barang lakunya
Serte dengan budi bahasanye

Kolam itu konon di Tanjung Padang
Di sanelah tempat paras gemilang
Cantik majelis bukan kepalang
Hancurlah hati siape memandang (hlm.10—11)

Konsep mengenai kecantikan seorang perempuan seperti di dalam kutipan di atas juga membawa mengandung unsur didaktis kepada penikmat karya tersebut. Jika ingin menjadi sosok perempuan yang cantik dan dikagumi,maka ia harus mampun berlaku dermawan dan mengeluarkan kata-kata yang manis, halus, dan ramah.
Selain pengajaran, pembaca juga akan dibawa untuk merasakan apa yang dialami oleh tokoh-tokoh di dalam cerita melalui ungkapan dan rangkaian kata yang bagitu indah. Perasaan Ikan Terubuk yang sedang jatuh cinta disampaikan bagitu indah dan begitu mendalam dengan perumpamaan-perumpamaan seperti pada kutipan berikut.

Pendendang sudah ie berkate
Lalulah pulang ie nan serte
Tinggal terubuk duduk bercinte
Berendam dengan air mate

Sangat bercinte ikan terubuk
Berahikan puyu di dalam lubuk
Hati dan jantung bagai ditumbuk
Laksane bulan dimakan bubuk

Selame mude duduk bercinte
Berendam dengan airnye mate
Berahi mendengar kabar berite
Seperti melihat denganye mate

Kepade mase terubuk merayu
Mendengar guruh dayu-mendayu
Siang dan malam berhati sayu
Terkenangkan puteri ikan puyu-puyu (hlm.66)


Birahinye tidak lagi terkire
Seperti duduk di atasnye bare
Siang dan mala berwure-wure
Hendak bertemu dengan segere

Hatinye mabuk diharu setan
Sudahlah dengan takdirnye Tuhan
Siang dan malam igau-igauan
Nafsu tak dapat lagi ditahan

Duduk bercinte siang dan malam
Terkenangkan puteri di dalam kolam
Siangatlah banyak ikan di dalam
Bertangkap-tangkapan timbul tenggelam (hlm.69)

Dari kutipan di atas terlihat bagaimana perasaan jatuh cinta yang dialami Ikan Terubuk. Ia begitu ingin segera bertemu. Hatinya tidak pernah tenang siang dan malam. Yang terkenang hanyalah Putri Puyu-Puyu. Pengungkapan perasaan jatuh cinta Ikan Terubuk juga melalui perumpamaan-perumpamaan yang harus dipahami lagi oleh pembaca, misalnya birahi yang tiada terkira, bagai duduk di atas bara api.
Perasaan Ikan Terubuk yang sedang patah hati pun diungkapkan melalui rangkaian kata yang indah sehingga mampu membawa pembaca untuk merasakan kesedihan Ikan Terubuk tersebut. Berikut kutipannya.

Demikian mude sangatlah sayu
Bagai kembang dipukul bayu
Terkenangkan puteri si puyu-puyu
Sudah naik ke puncak pulai

Hati di dalam sangatah hibe
Tuan puteri hendak diribe
Sudahlah masuk ke dalam rimbe
Siapalah lagi dilawan bersobe (hlm. 66)

Kehendak Allah sudah dilakukan
Meskipun sampai dapat dimakan
Dengan seketika tiade kelihatan
Akhirnye kelak jadi keampunan

Kehendak tiada Allah sampaikan
Siang dan lama berhati rawan
Seperti pungguk merindukan bulan
Siang dan malam igau-igauan

Tidaklah dapat berpandang mate
Hilang seperti disambar bĂȘte
Dudukah mude dengan bercinte
Apalah lagi hendak dikate

Dari dua kutipan di atas, yaitu kutipan yang mengungkapkan perasaan ikan terubuk yang tengah jatuh cinta dan perasaan ikan terubuk yang tengah patah hati terlihat bahwa segala yang berhubungan dengan perasaan itu dibuat sedemikian mendalam. Ketika jatuh cinta, diungkapkan dengan ungkapan dan perumpamaan yang berlebih-lebihan sehingga terlihat perasaan jatuh cinta itu teramat mendalam bagi Ikan Terubuk. Begitu pun ketika patah hati, perasaan Ikan Terubuk diungkapkan seolah ia mengalami patah hati yang teramat menyakitkan.

4. Simpulan
Syair Ikan Terubuk merupakan salah satu karya Melayu Klasik yang mengandung unsur-unsur keindahan khas Melayu. Dari bentuk dan dari isi mengandung keindahan. Dari bentuk, yaitu syair, penyusunan kata-kata dan pemilihan kata adalah suatu upaya agar bunyi ketika syair itu dibacakan juga terdengan indah. Salah satunya dengan menggunakan pola rima a-a-a-a.

Dari isi, syair ini juga menyampaikan konsep keindahan, yaitu konsep mengenai kecantikan seorang perempuan Melayu. Kecantikan seorang perempuan yang diungkapkan juga tidak sekedar kecantikan dari fisik, namun juga dari dalam berupa tingkah laku dan tutur kata. Penyampain mengenai konsep kecantikan seorang perempuan dari tingkah laku dan tutur kata ini juga merupakan salah satu bagian dari unsur didaktis karya ini bagi pembaca, yaitu menuntun pembaca untuk melihat kecantikan tidak saja dari fisik. Perempuan yang membaca karya ini juga akan mendapat pemahaman bahwa mereka tidak cukup hanya berdandan dan mempercantik fisik mereka saja.

Keindahan lainnya terlihat dari penyampaian suatu keadaan seperti jatuh cinta atau patah hata dengan ungkapan yang teramat mendalam sehingga keadaan jatuh cinta dan patah hati itu juga akan terkesan mendalam bagi pembacanya. Pengungkapan itu tidak cukup hanya dengan satu baris, namun dengan ungkapan dan perumpamaan yang panjang hingga bebeberapa bait. Hal inilah yang akan menuntun pembaca menuju pengalaman estetis dari membaca karya sastra Melayu Klasik.

Rabu, 15 Januari 2014

Proses Pengelasan

Proses Pengelasan
Las / Alat Las Mungking sudah sering kita dengar bahkan kita lihat juga, namun Belum tentu kita ketahui cara dan proses penggunaannya. Jadi Untuk itu sengaja saya terbitkan beberapa posting tentang LAS dan bagian-bagiannya dengan tujuan berbagi dalam bentuk artikel.
Proses pengelasan dibagi dalam dua katagori utama, yaitu
:Pengelasan lebur dan pengelasan padat.
:Pengelasan lebur menggunakan panas untuk melebur permukaan yang akan disambung, beberapa operasi menggunakan logam pengisi dan yang lain tanpa logam pengisi. Pengelasan padat proses penyambungannya menggunakan panas dan/atau tekanan, tetapi tidak terjadi peleburan pada logam dasar dan tanpa penambahan logam pengisi.

Pengelasan lebur dapat dikelompokkan sebagai berikut :
-pengelasan busur (arc welding, AW);
-pengelasan resistansi listrik (resistance welding, RW);
-pengelasan gas (oxyfuel gas welding, OFW);
-proses pengelasan lebur yang lain.

Pengelasan Busur
Pengelasan busur adalah pengelasan lebur dimana penyatuan logam dicapai dengan menggunakan panas dari busur listrik,

Busur listrik timbul karena adanya pelepasan muatan listrik melewati celah dalam rangkaian, dan panas yang dihasilkan akan menyebabkan gas pada celah tersebut mengalami ionisasi (disebut plasma). Untuk menghasilkan busur dalam pengelasan busur, elektrode disentuhkan dengan benda kerja dan secara cepat dipisahkan dalam jarak yang pendek. Energi listrik dari busur dapat menghasilkan panas dengan suhu 10.000 o F (5500o C) atau lebih, cukup panas untuk melebur logam. Genangan logam cair, terdiri atas logam dasar dan logam pengisi (bila digunakan), terbentuk di dekat ujung elektrode. Kebanyakan proses pengelasan busur, logam pengisi ditambahkan selama operasi untuk menambah volume dan kekuatan sambungan las-an. Karena logam pengisi dilepaskan sepanjang sambungan, genangan las-an cair membeku dalam jaluran yang berombak.

Pergerakan elektrode relatif terhadap benda kerja dapat dilakukan secara manual atau dengan bantuan peralatan mekanik (pengelasan mesin, pengelasan automatik, pengelasan robotik). Kelemahan bila pengelasan busur dilakukan secara manual, kualitas las-an sangat tergantung kepada ketrampilan pengelas.

Produktivitas dalam pengelasan busur sering diukur sebagai waktu busur (arc time), yaitu :
Waktu busur = waktu busur terbentuk : jam kerja

Untuk pengelasan manual, waktu busur biasanya sekitar 20 %. Waktu busur bertambah sekitar 50 % untuk pengelasan mesin, automatik, dan robotik.

Teknologi Pengelasan Busur
Sebelum menjelaskan proses pengelasan busur secara individual, terlebih dulu akan dibahas elemen-elemen dasar yang menyertai proses ini, seperti :

-elektrode,
-pelindung busur (arc shielding), dan
-sumber daya dalam pengelasan busur.

Elektrode, dapat diklasifikasikan sebagai :
-elektrode terumpan (consumable electrodes), dan
-elektrode tak terumpan (nonconsumable electrodes).

Elektrode terumpan; elektrode berbentuk batang atau kawat yang diumpankan sebagai logam pengisi dalam pengelasan busur. Panjang batang las pada umumnya sekitar 9 sampai 18 in. (225 sampai 450 mm) dengan diameter ¼ in. (6,5 mm) atau kurang. Kelemahan dari elektrode bentuk batang, selama pengoperasiannya harus diganti secara periodik, sehingga memperkecil waktu busur dalam pengelasan. Elektrode bentuk kawat memiliki kelebihan bahwa pengumpanan dapat dilakukan secara kontinu karena kawat memiliki ukuran jauh lebih panjang dibandingkan dengan elektrode bentuk batang. Baik elektrode bentuk batang maupun bentuk kawat kedua-duanya diumpankan ke busur listrik selama proses dan ditambahkan ke sambungan las-an sebagai logam pengisi.

Elektrode tak terumpan; dibuat dari bahan tungsten atau kadang-kadang dari bahan grafit, yang dapat tahan terhadap peleburan oleh busur. Walaupun elektrode ini tidak diumpankan, tetapi secara bertahap akan menipis selama proses pengelasan, mirip dengan keausan bertahap pada perkakas pemotong dalam operasi pemesinan. Untuk proses pengelasan busur yang menggunakan elektrode tak terumpan, logam pengisi harus diumpankan secara terpisah ke genangan las-an.

Pelindung busur; pada suhu tinggi dalam pengelasan busur, logam yang disambung sangat mudah bereaksi dengan oksigen, nitrogen, dan hidrogin dalam udara bebas. Reaksi ini dapat memperburuk sifat mekanis sambungan las-an. Untuk melindungi pengelasan dari pengaruh yang tidak diinginkan tersebut, digunakan gas pelindung dan/atau fluks untuk menutup ujung elektrode, busur, dan genangan las-an cair, sehingga tidak berhubungan secara langsung dengan udara luar sampai logam las-an tersebut menjadi padat.

Gas pelindung, digunakan gas mulia seperti argon dan helium. Dalam pengelasan logam ferrous yang dilakukan dengan pengelasan busur, dapat digunakan oksigen dan karbon dioksida, biasanya dikombinasikan dengan Ar dan/atau He, untuk melindungi las-an dari udara luar atau untuk mengendalikan bentuk las-an.

Fluks, digunakan untuk mencegah terbentuknya oksida dan pengotoran lainnya. Selama proses pengelasan, fluks melebur dan menjadi terak cair, menutup operasi dan melindungi logam las-an lebur. Terak akan mengeras setelah pendinginan dan harus dilepaskan dengan cara dipecahkan. Fluks biasanya diformulasikan untuk melakukan beberapa fungsi, seperti :
-memberikan perlindungan pengelasan terhadap pengaruh udara luar,
-untuk menstabilkan busur, dan
-untuk mengurangi terjadinya percikan.

Metode pemakaian fluks berbeda untuk setiap proses. Teknik pemberian fluks dapat dilakukan dengan cara :
-menuangkan butiran fluks pada operasi pengelasan,
-menggunakan elektrode batang yang dibungkus dengan fluks dan fluks tersebut akan melebur selama pengelasan untuk menutup operasi, dan
-menggunakan fluks yang ditempatkan dalam inti elektrode tabular dan fluks dilepaskan pada saat elektrode diumpankan.

Sumber daya dalam pengelasan busur, dapat berupa :
-arus searah (direct current, DC), atau
-arus bolak-balik (alternating current, AC).

Mesin las yang menggunakan arus bolak-balik lebih murah harga dan biaya pengoperasiannya, tetapi umumnya terbatas pemakaiannya hanya untuk pengelasan logam ferrous. Mesin las yang menggunakan arus searah dapat dipakai untuk semua jenis logam dengan hasil yang baik dan umumnya busur listrik dapat dikendalikan dengan lebih baik pula.

Dalam semua proses pengelasan, daya yang digunakan untuk menjalankan pengoperasian dihasilkan dari arus listrik I yang melewati busur dan tegangan E. Daya ini dikonversikan menjadi panas, tetapi tidak semua panas ditransfer ke permukaan benda kerja, karena adanya kebocoran daya dalam penghantar, adanya radiasi, percikan nyala api, dan sebagainya sehingga mengurangi jumlah panas yang dapat dimanfaatkan. Efisiensi transformasi panas (heat tranfer efficiency) f1 berbeda untuk setiap proses pengelasan busur. Pengelasan dengan menggunakan elektrode terumpan memiliki efisiensi yang lebih besar dibandingkan dengan elektrode tak terumpan, karena sebagian besar panas yang dihasilkan digunakan untuk melebur elektrode dan benda kerja. Sedang pengelasan busur tungsten gas yang menggunakan elektrode tak terumpan memiliki efisiensi paling rendah. Efisiensi peleburan (melting efficiency)f2 selanjutnya mengurangi panas yang ada untuk pengelasan. Keseimbangan daya yang dihasilkan dalam pengelasan busur didefinisikan dengan persamaan :

HRw = f1 f2 I E = Um Aw v
dimana : E = tegangan, V; I = arus, A;
HRw = laju pembentukan panas pada las-an (rate of heat generation at the weld), Watt atau Joule/sec. atau Btu/sec.
Catatan : 1 Btu = 1055 J
Um = energi peleburan logam (melting enrgy for metal), Btu/in3.
Aw = luar permukaan las-an, mm2 atau in2
v = kecepatan gerak pengelasan, mm/sec. atau in/min.

Laju volume pengelasan logam (volume rate of metal welded, MVR), dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

MVR = HRw / Um , in.3/sec.
Contoh soal :
Pengelasan busur tungsten gas dengan efisiensi transformasi panas f1 = 0,7 dioperasikan pada arus I = 300 A dan tegangan E = 20 V. Efisiensi lebur f2 = 0,5 dan energi peleburan logam Um = 150 Btu/in.3.

Tentukan : (a) Daya dalam pengoperasian, P;
(b) Laju pembentukan panas, HRw;
(c) Laju volume pengelasan logam, MVR.
Penyelesaian :
(a) P = E I = (300 A) x (20 V) = 6000 W
(b) HRw = f1 f2 I E = (0,7)(0,5)(6000) = 2100 W
atau HRw = 2100 J/sec. = 2100/1055 Btu/sec.
= 1,99 Btu/sec.
(c) MVR = HRw / Um = (1,99 Btu/sec)/(150 Btu/in.3)
= 0,0133 in.3/sec.

Proses Pengelasan Elektrode Terumpan
Pengelasan elektrode terumpan adalah proses pengelasan dimana pada saat terjadi busur listrik elektrode ikut mencair dan berfungsi sebagai logam pengisi. Terdapat beberapa pengelasan busur yang menggunakan elektrode terumpan, seperti antara lain :
-pengelasan busur elektrode terbungkus (shielded metal arc welding, SMAW),
-pengelasan busur logam gas (gas metal arc welding, GMAW),
-pengelasan busur inti-fluks (flux-cored arc welding, FCAW),
-pengelasan elektrogas (electrogas welding, EGW),
-pengelasan busur rendam (submerged arc welding, SAW).

Pengelasan busur elektrode terbungkus
Pengelasan ini menggunakan batang elektrode yang dibungkus dengan fluks,
Panjang batang elektrode biasanya sekitar 9 sampai 18 in (230 sampai 460 mm) dan diameter 3/32 sampai 3/8 in. (2,5 sampai 9,5 mm). Logam pengisi yang digunakan sebagai batang elektrode harus sesuai dengan logam yang akan dilas, komposisinya biasanya sangat dekat dengan komposisi yang dimiliki logam dasar. Lapisan pembungkus terdiri dari serbuk selulose yang dicampur dengan oksida, karbonat, dan unsur-unsur yang lain kemudian disatukan dengan pengikat silikat. Serbuk logam kadang-kadang juga digunakan sebagai bahan campuran untuk menambah logam pengisi dan menambah unsur-unsur paduan (alloy). Selama proses pengelasan bahan fluks yang digunakan untuk membungkus elektrode, akibat panas busur listrik, mencair membentuk terak yang kemudian menutupi logam cair yang menggenang di tempat sambungan dan bekerja sebagai penghalang oksidasi.

Pemindahan logam elektrode terjadi pada saat ujung elektrode mencair membentuk butir-butir yang terbawa oleh arus busur listrik yang terjadi. Arus listrik yang digunakan sekitar 30 sampai 300 A pada tegangan 15 sampai 45 V. Pemilihan daya yang digunakan tergantung pada logam yang akan dilas, jenis dan panjang elektrode, serta dalam penetrasi las-an yang diinginkan.

Pengelasan busur logam gas
Pengelasan ini merupakan proses pengelasan busur yang menggunakan elektrode terumpan dalam bentuk kawat,
Selama proses pengelasan berlangsung, gas dihembuskan ke daerah las-an untuk melindungi busur dan logam yang mencair terhadap atmosfir. Diameter kawat yang digunakan berkisar antara 1/32 sampai ¼ in. (0,8 sampai 6,4 mm), tergantung pada ketebalan bagian logam yang akan disambung. Gas pelindung yang digunakan adalah gas mulia seperti argon, helium, dan karbon dioksida. Pemilihan gas yang akan digunakan tergantung pada logam yang akan dilas, dan juga faktor-faktor yang lain. Gas mulya digunakan untuk pengelasan paduan aluminium dan baja anti karat, sedang CO2 biasanya digunakan untuk pengelasan baja karbon rendah atau medium.

Pengelasan busur logam gas banyak digunakan dalam pabrik untuk mengelas berbagai jenis logam ferrous dan nonferrous.
Keuntungan pengelasan busur logam gas dibandingkan pengelasan manual adalah :
-waktu busur lebih besar,
-pengelasan biasanya dilakukan secara automatis,
-sampah sisa logam pengisi jauh lebih sedikit,
-terak yang ditimbulkan lebih sedikit karena tidak memakai fluks,
-laju pengelasan lebih tinggi, dan
-kualitas daerah las-an sangat baik.

Pengelasan busur inti-fluks
Proses pengelasan busur ini dikembangkan untuk mengatasi kekurangan elektrode terbungkus yang memiliki panjang batang terbatas. Pengelasan busur inti-fluks menggunakan elektrode tabung dengan inti fluks dan ditambah unsur-unsur lain. Unsur-unsur lain yang ditambahkan dalam inti fluks tersebut adalah :
-unsur-unsur deoksidiser, dan
-unsur-unsur pemadu (alloying).

Kawat inti-fluks tabular sangat lentur/fleksibel sehingga dapat digulung dan diumpankan secara kontinu melalui pistol las busur (arc welding gun),
Terdapat dua jenis pengelasan busur inti-fluks, yaitu :
-pelindung sendiri (self shielded), dan
-pelindung gas (gas shielded).
Pengelasan busur inti-fluks dengan pelindung sendiri di dalam inti kawat terdapat fluks dan unsur lain yang dapat menghasilkan gas untuk melindungi busur dari pengaruh atmosfir.

Pengelasan busur inti-fluks dengan pelindung gas, di dalam inti kawat tidak ditambahkan unsur penghasil gas. Gas pelindung ditambahkan secara terpisah, sama seperti pada pengelasan busur logam gas.

Keuntungan pengelasan inti-fluks, adalah :
-elektrode dapat diumpankan secara kontinu, dan
-kualitas las-an sangat baik, sambungan las-an halus dan seragam.

Pengelasan elektrogas
Pengelasan elektrogas adalah proses pengelasan busur yang menggunakan elektrode terumpan secara kontinu, baik menggunakan kawat inti-fluks atau kawat elektrode telanjang (bare electrode wire) dengan pelindung gas yang ditambahkan dari luar. Proses pengelasan ini terutama digunakan dalam las tumpu vertikal, seperti ditunjukkan dalam gambar sebelumnya Kedua bagian logam yang akan disambung dijepit dengan sepatu cetak yang didinginkan dengan air agar dapat menahan panas logam cair. Sepatu cetak, bersama-sama dengan kedua ujung logam yang akan dilas, membentuk rongga cetak. Kawat elektrode dalam proses pengelasan ini biasanya diumpankan secara automatis. Busur terjadi antara elektrode dan logam dasar sehingga logam cair yang dihasilkan akan mengisi rongga cetak secara bertahap. Pada saat logam las-an membeku sepatu cetak secara automatis bergerak ke atas.

Pengelasan busur rendam
Pengelasan busur rendam adalah proses pengelasan busur yang menggunakan elektrode kawat telanjang yang diumpankan secara kontinu, dan busur las ditutup dengan serbuk fluks,

Kawat elektrode diumpankan secara automatis dari gulungan ke busur. Fluks dituangkan melalui suatu tabung pengumpan di depan elektrode, sehingga busur listrik yang timbul antara elektrode dengan logam dasar terendam oleh serbuk fluks sepanjang alur las-an.

Panas yang ditimbulkan oleh busur mencairkan logam dan serbuk fluks. Fluks cair akan mengapung di atas logam cair, membentuk selubung yang dapat mencegah percikan dan terjadinya oksidasi. Setelah dingin, terak membeku dan mudah dihilangkan, sedang serbuk yang tersisa diisap dengan sistem vakum dan dapat dimanfaatkan kembali.

Keuntungan penggunaan pengelasan busur rendam adalah karena serbuk fluks menutup seluruh operasi pengelasan, sehingga:

-dapat meghindarkan terjadinya percikan dan semburan nyala api, radiasi, dan hal-hal berbahaya lainnya.
-tidak perlu menggunakan kaca pengaman,
-pendinginan berjalan dengan lambat, sehingga kualitas sambungan las-an sangat baik, memiliki ketangguhan dan keuletan yang tinggi.

Sifat-sifat yang merugikan adalah :
-karena busur tidak tampak, maka penentuan pengelasan yang salah dapat menggagalkan seluruh hasil pengelasan,
-pengelasan terbatas hanya pada posisi horisontal.
Pengelasan busur rendam banyak digunakan dalam fabrik untuk pengelasan ;
-bentuk-bentuk profil, seperti I-beam, T-beam, dan sebagainya;
-kampuh memanjang dan melingkar dengan diameter besar seperti pipa, tangki, dan tabung tekanan tinggi.

Proses Pengelasan Elektrode Tak Terumpan
Pengelasan elektrode tak terumpan pada umumnya menggunakan elektrode wolfram yang dapat menghasilkan busur listrik tanpa turut mencair, dan sebagai logam pengisi digunakan logam lain yang terpisah dari elektrode tersebut.

Terdapat beberapa pengelasan busur elektrode tak terumpan, seperti antara lain :
-pengelasan busur tungsten gas (gas tungsten arc welding, GTAW),
-pengelasan busur plasma (plasma arc welding, PAW), dan
-beberapa pengelasan busur yang lain.

Pengelasan busur tungsten gas
Pengelasan busur tungsten gas adalah proses pengelasan busur yang menggunakan elektrode tungsten dan gas mulia sebagai pelindung busur. Pengelasan ini juga dikenal dengan nama pengelasan gas mulia tungsten (tungsten inert gas welding, TIG) atau pengelasan gas mulia wolfram (wolfram inert gas welding, WIG).

Pengelasan busur tungsten gas dapat dilakukan dengan logam pengisi maupun tanpa logam pengisi,
Bila digunakan logam pengisi, harus ditambahkan dari luar baik berupa kawat atau batangan, yang akan dilebur oleh panas busur yang timbul antara elektrode dan logam dasar. Tetapi bila digunakan untuk mengelas pelat tipis kadang-kadang tidak diperlukan logam pengisi. Tungsten dipilih sebagai elektrode karena memiliki titik lebur tinggi yaitu 3410OC. Sebagai gas pelindung biasanya digunakan argon, helium, atau gabungan dari kedua unsur ini.

Pengelasan busur tungsten gas dapat digunakan hampir untuk semua jenis logam dengan berbagai ketebalan, tetapi paling banyak digunakan untuk pengelasan aluminium dan baja tahan karat. Pengelasan ini dapat digunakan secara manual atau dengan mesin secara automatis.

Kelebihan dari pengelasan ini adalah :
-kualitas las-an sangat baik,
-tidak ada percikan las-an, karena tidak ada logam pengisi yang ditransfer melewati busur,
-sedikit atau tidak ada terak karena tidak digunakan fluks.

Pengelasan busur plasma
Pengelasan busur plasma merupakan bentuk khusus dari pengelasan busur tungsten gas dengan mengarahkan busur plasma ke daerah las-an. Dalam gambar 13.7 terlihat bahwa pemanasan gas dilakukan dengan mengkonsentrasikan busur melalui lubang halus (nosel), dan melalui lubang tersebut dialirkan pula gas mulia (misalnya, argon atau campuran argon-hidrogen). Dalam pengelasan ini juga digunakan gas pelindung seperti argon, argon-hidrogen, dan helium.

Suhu plasma sekitar 28.000OC atau lebih besar, cukup panas untuk mencairkan setiap logam yang dikenal. Panas ini diperoleh akibat terkonstrasinya daya sehingga dihasilkan pancaran plasma dengan densitas energi yang sangat tinggi.

Karena memiliki konsentrasi energi sangat tinggi pada daerah yang kecil, maka busur plasma sering digunakan untuk proses pemotongan logam dengan ketebalan mencapai 100 mm atau lebih.

Pengelasan busur yang lain
Pengelasan busur yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan proses pengelasan yang memiliki nilai komersial sangat tinggi. Beberapa pengelasan busur yang lain, akan dibahas disini karena memiliki prinsip kerja yang khusus, yaitu :
-pengelasan busur karbon (carbon arc welding, CAW), dan
-pengelasan lantak (stud welding, SW).
Pengelasan busur karbon, adalah proses pengelasan busur elektrode tak terumpan yang pertama kali dikembangkan. Proses busur karbon digunakan sebagai sumber panas pembrasingan dan untuk mengendapkan bahan tahan aus di atas permukaan logam yang lain. Saat ini elektrode karbon telah digantikan dengan tungsten.

Pengelasan lantak, digunakan untuk mengelas ujung logam pada bidang datar. Alatnya berbentuk pistol, memegang ujung batang logam yang akan dilas. Bila picu ditekan, ujung logam terangkat untuk membentuk busur kemudian ditekan kembali kecairan logam.

Operasi menggunakan pengatur waktu sesuai dengan ukuran logam yang akan dilas. Busur dilindungi oleh tabung keramik, yang sekaligus menahan logam cair dan melindungi operator.

Pengelasan Resistansi Listrik
Pada pengelasan ini, permukaan lembaran logam yang akan disambung ditekan satu sama lain dan arus yang cukup besar kemudian dialirkan melalui logam sehingga menimbulkan panas pada sambungan. Panas tertinggi muncul di daerah yang memiliki resistansi listrik tertinggi, yaitu pada permukaan kontak ke dua lembaran logam. Komponen-komponen utama dalam pengelasan resistansi listrik ditunjukkan dalam gambar sebelumnya untuk operasi pengelasan titik. Komponen–komponen tersebut termasuk benda kerja yang akan dilas (biasanya lembaran logam), dua buah elektrode yang saling berhadapan, dan sumber listrik arus bolak-balik . Hasil dari operasi tersebut dalam daerah lebur antara dua bagian benda kerja, dalam pengelasan titik disebut manik las (weld nugget).

Dalam pengelasan ini tidak digunakan gas pelindung, fluks, atau logam pengisi, dan elektrode yang menghubungkan daya listrik merupakan elektrode tak terumpan. Pengelasan risistansi listrik diklasifikasikan sebagai pengelasan lebur karena panas yang timbul melebur permukaan kontak ke dua lembaran logam tersebut. Namun demikian, terdapat pengecualian, beberapa pengelasan resistansi listrik menggunakan suhu di bawah titik lebur logam yang disambung, jadi tidak terjadi proses peleburan.

Sumber panas pada pengelasan resistansi listrik
Energi panas yang diberikan pada operasi pengelasan tergantung pada aliran arus listrik, resistansi rangkaian, dan panjang waktu arus dialirkan, seperti rumus berikut ini.
H = I2 R t
dimana : H = panas yang dihasilkan, W-sec. atau J (1 J= 1/1055 Btu);

I = arus listrik, A;

R = resistansi listrik, ;

t = waktu, detik (sec.)

Arus yang digunakan dalam pengelasan resistansi listrik ini sangat besar (umumnya, 5000 sampai dengan 20.000 A), tetapi tegangan relatif rendah (biasanya di bawah 10 V). Panjang waktu arus dialirkan pada umumnya sangat singkat, untuk pengelasan titik sekitar 0,1 sampai dengan 0,4 detik.

Alasan mengapa diperlukan arus sangat besar, adalah :
-bilangan kuadrat dalam rumus di atas menyatakan bahwa arus mempunyai pengaruh yang besar terhadap besarnya panas yang dihasilkan,
-resistansi listrik dalam rangkaian sangat rendah (sekitar 0,0001 ).
Resistansi listrik dalam rangkaian merupakan penjumlahan antara :
-resistansi pada kedua elektrode,
-resistansi pada kedua lembaran benda kerja,
-resitansi permukaan kontak antara elektrode dan benda kerja,
-resitansi permukaan kontak antara benda kerja dengan benda kerja yang lain.

Kondisi yang ideal bila resistansi terbesar dihasilkan oleh permukaan kontak ke dua benda kerja, sehingga panas tertinggi dihasilkan pada lokasi ini, sesuai dengan yang diharapkan. Resistansi pada permukaan kontak ini tergantung pada penyelesaian permukaan, kebersihan (tidak ada cat, minyak, dan pengotoran yang lain), daerah kontak, dan tekanan.

Contoh soal :
Operasi pengelasan titik resistansi listrik dilakukan pada dua lembar baja tebal 0,062 in, menggunakan arus listrik sebesar 12.000 A untuk durasi 0,23 detik. Resistansi listrik adalah 0,0001 , dan manik las-an (weld nugget) yang dihasilkan memiliki diameter 0,25 in dan tebal 0,1 in. Energi lebur (unit melting energy) untuk logam Um = 155 Btu/in3. Berapa persen panas yang dihasilkan digunakan untuk melakukan pengelasan, dan berapa persen yang terserap oleh logam sekitarnya ?

Jawab :
Panas yang dihasilkan dalam operasi ini :
H = I2Rt = (12.000)2 (0,0001) (0,23) = 3312 Watt-sec.
= (3312)/1055 Btu = 3,14 Btu.

Volume dari manik las-an :
V = 0,1 /4 .(0,25) 2 = 0,00491 in3
Panas yang dibutuhkan untuk melebur manik las-an ini :
Hm = V Um = 0,00491 (155) = 0,761 Btu

Jadi panas yang digunakan untuk melakukan pengelasan = 0,761/3,14 x 100 % = 24 %, sehingga panas yang diserap oleh logam sekitarnya = 76 %.

Keberhasilan dalam pengelasan resistansi listrik tergantung pada tekanan dan panas. Fungsi tekanan yang utama dalam pengelasan ini adalah :

- menekan elektrode ke permukaan benda kerja, dan permukaan benda kerja dengan benda kerja yang lain agar terjadi kontak, sehingga dapat dialiri arus listrik;

- menekan permukaan kontak menjadi satu agar diperoleh sambungan bila suhu pengelasan telah dicapai.

Kelebihan pengelasan resistansi listrik adalah :

-tidak menggunakan logam pengisi,

-kecepatan produksi tinggi,

-tidak diperlukan operator dengan ketrampilan tinggi, karena mesin dijalankan secara automatis,

-memiliki kemampuan ulang (repeatability) dan keandalan yang baik.

Sedang kelemahan dari pengelasan resistansi listrik ini, adalah :

-biaya investasi tinggi, karena harga peralatan mahal,

-hanya dapat mengerjakan sambungan tumpang (lap joint),

Proses Pengelasan Resistansi Listrik

Terdapat beberapa proses pengelasan resistansi listrik yang sering digunakan dalam industri, yaitu :

-pengelasan titik resistansi listrik (resistance spot welding, RSW),

-pengelasan kampuh resistansi listrik (resistance seam welding, RSEW),

-pengelasan proyeksi resistansi listrik (resistance projection welding, RPW),

-pengelasan resistansi listrik yang lain.

Pengelasan titik resistansi listrik; merupakan pengelasan resistansi listrik yang paling banyak digunakan, seperti dalam produksi massal automobil, alat-alat rumah tangga, furnitur logam, dan produk-produk lain yang terbuat dari lembaran logam.

Pada proses pengelasan ini peleburan bidang kontak pada lembaran logam sambungan tumpang dicapai dengan menggunakan elektrode yang saling berhadapan. Ketebalan lembaran logam yang disambung sekitar 0,125 in. (3mm) atau kurang, biasanya dilakukan pada sederetan las-an titik, dalam kondisi sambungan las-an tidak kedap udara. Ukuran dan bentuk las-an titik ditentukan oleh ujung elektrode, pada umumnya berbentuk bulatan; tetapi kadang-kadang berbentuk yang lain seperti segi enam, segi empat, dan bentuk-bentuk yang lain. Manik las-an yang dihasilkan pada umumnya memiliki diameter 0,2 sampai dengan 0,4 in. (5 sampai dengan 10 mm), dan HAZ berada disekelilingnya. Operasi pengelasan titik ditunjukkan dalam gambar 13.10 dengan tahapan sebagai berikut :

(1) benda kerja diletakkan diantara elektrode terbuka;

(2) elektrode ditutup dan gaya tekan diberikan;

(3) arus listrik dialirkan (disebut waktu las);

(4) arus listrik diputus, tekanan tetap atau ditambah (arus yang kecil kadang-kadang digunakan sesaat menjelang akhir tahapan ini, untuk menghilangkan tegangan sisa dari daerah las-an);

(5) elektrode dibuka, dan benda kerja yang telah dilas dipindahkan.

Material elektrode yang biasa digunakan terdiri dari dua kelompok, yaitu :

-paduan tembaga, dan

-komposisi logam tahan api seperti kombinasi tembaga dan tungsten.

Kelompok yang kedua memiliki sifat tahan aus yang tinggi, sehingga banyak digunakan dalam proses manufaktur. Perkakas akan selalu mengalami keausan secara bertahap bila digunakan berulang-ulang. Dalam praktek, elektrode didesain dengan saluran air pendingin.

Karena penggunaan dari pengelasan titik semakin meluas, maka berbagai mesin dan metode telah dikembangkan untuk melakukan operasi pengelasan titik, termasuk :

-mesin pengelasan titik lengan-pemutus (rocker-arm spot welding machine),

-mesin pengelasan titik jenis tekan (press type spot welding machine), dan

-pistol pengelasan titik mampu jinjing (portable spot welding guns).

Pengelas titik lengan-pemutus, seperti ditunjukkan dalam gambar 13.11, memiliki elektrode bawah stasioner dan elektrode atas dapat digerakkan ke atas dan ke bawah untuk pembebanan dan pelepasan benda kerja. Elektrode atas dihubungkan dengan lengan-pemutus yang gerakannya dapat dikendalikan dengan mengoperasikan pedal kaki. Mesin yang modern dapat diprogram untuk mengendalikan gaya dan arus listrik selama siklus kerja. Pengelas titik ini merupakan jenis pengelas titik stasioner, dimana benda kerja dibawa ke mesin.

Pengelas titik jenis tekan, digunakan untuk benda kerja yang besar. Elektrode atas memiliki gerakan garis lurus yang disiapkan untuk penekanan vertikal, dengan daya pneumatik atau hidraulik. Tekanan yang digunakan lebih besar dan biasanya diprogam untuk siklus kerja yang lebih kompleks. Sama seperti pengelas titik lengan-pemutus, pada pengelas titik jenis tekan, mesin juga diletakkan stasioner sedang benda kerja dibawa ke mesin.

Pistol pengelasan titik mampu jinjing, merupakan mesin pengelas titik dengan pistol pengelas yang dapat dijinjing; digunakan untuk pengelasan benda kerja besar yang sulit dipindahkan. Peralatan pistol terdiri dari elektrode saling berhadapan yang memiliki mekanisme penjepit. Setiap unit memiliki bobot yang ringan sehingga dapat dioperasikan dengan tenaga manusia atau robot industri. Pistol dihubungkan dengan sumber daya menggunakan kabel listrik fleksibel (untuk mengalirkan arus listrik) dan selang udara (untuk gerakan penjepit pneumatik). Air pendingin untuk elektrode, bila diperlukan, dapat juga disiapkan melalui selang air. Pistol pengelasan titik mampu jinjing banyak digunakan dalam perakitan akhir automobil untuk mengelas lembaran logam bodi mobil.

Pengelasan kampuh resistansi listrik
Dalam pengelasan kampuh resistansi listrik ini digunakan elektrode roda yang dapat diputar, seperti ditunjukkan dalam gambar 13.12, dan serangkaian las-an titik yang tumpang-tindih dibuat sepanjang sambungan tumpang. Proses pengelasan ini dapat menghasilkan las-an kedap udara, sehingga banyak digunakan dalam pembuatan tangki gasolin, peredam suara automobil, dan berbagai macam fabrikasi kontainer dari bahan logam lembaran. Secara teknik pengelasan kampuh ini sama seperti pengelasan titik, hanya disini elektrode roda biasanya diopersaikan secara kontinu, sehingga menghasilkan kampuh las-an lurus atau garis kurve seragam. Sudut yang tajam sulit dikerjakan dengan menggunakan metode ini.

Jarak antara manik las-an dalam pengelasan kampuh resistansi listrik ini tergantung pada gerakan roda elektrode relatif terhadap aplikasi arus las. Operasi yang biasa digunakan, disebut pengelasan gerakan kontinu (continuous motion welding), roda berputar secara kontinu pada kecepatan yang konstan, dan arus listrik diberikan pada interval waktu tertentu sesuai dengan jarak titik las-an yang diinginkan.

Dalam gambar ditunjukkan bahwa frekuensi pelepasan arus biasanya diatur dengan interval sedemikianrupa sehingga dihasilkan manik las-an tumpang-tindih (gambar 13.13a). Tetapi bila interval pelepasan arus listrik dikurangi, maka akan diperoleh manik las-an dengan jarak tertentu (gambar 13.13b), metode ini disebut pengelasan titik rol (roll spot welding). Variasi yang lain, arus las dialirkan secara konstan (tidak berbentuk pulsa) sehingga dihasilkan kampuh yang benar-benar kontinu (gambar 13.13c).

Pendinginan benda kerja dan roda dilakukan dengan mengalirkan air pendingin pada sisi atas dan bawah permukaan benda kerja dekat roda elektrode.

Pengelasan proyeksi resistansi listrik
Pengelasan proyeksi resistansi listrik hampir sama dengan pengelasan titik resistansi listrik.

Lembaran logam yang akan dilas, dipres dahulu dengan mesin pons, sehingga terjadi sembulan (proyeksi) dari dalam logam. Diameter permukaan proyeksi sama dengan tebal lembaran, sedang tinggi proyeksi lebih kurang 60 % dari tebal lembaran tadi. Proyeksi tersebut merupakan titik-titik dimana akan dilakukan sambungan las, sehingga cara ini dapat dihasilkan beberapa sambungan las sekaligus.

Keunggulan pengelasan proyeksi dibandingkan dengan pengelasan titik adalah :

-penampilan lebih baik,

-umur elektrode lebih panjang karena digunakan permukaan rata,

-pemeliharaan elektrode lebih mudah,

-pembuatan titik-titik proyeksi diperlukan biaya, tetapi dengan menghemat biaya pengelasan, maka secara keseluruhan biaya menjadi lebih murah.

(a)Proyeksi yang dibuat dengan proses permesinan dapat disambungkan secara permanen pada lembaran atau pelat logam;

(b)Penyambungan kawat melintang seperti misalnya kawat pagar, kereta belanja, dan pemanggangan. Dalam proses ini permukaan kontak yang berbentuk bulatan berfungsi sebagai proyeksi, dimana terjadi panas resistansi untuk pengelasan.

Operasi pengelasan yang lain

Beberapa pengelasan yang lain, yang menggunakan prinsip pengelasan resistansi listrik adalah :

-pengelasan nyala (flash welding, FW),

-pengelasan upset (upset welding, UW),

-pengelasan perkusi (percussion welding, PEW), dan

-pengelasan resistansi frekuensi tinggi (high-frequency resintance welding, HFRW).

Pengelasan nyala, umumnya digunakan untuk sambungan tumpu (butt joints). Dalam gambar 13.16 ditunjukkan, benda kerja dijepit dalam mesin dan bagian-bagian yang akan disambung disatukan dengan tekanan serendah mungkin, sehingga masih terdapat celah diantara kedua permukaan kontak. Dengan menggunakan tegangan listrik yang tinggi akan menimbulkan loncatan nyala api diantara kedua permukaan kontak tersebut (gambar 13.16.1), sehingga suhu naik mencapai suhu tempa. Karena panas yang dihasilkan akibat adanya nyala api, kadang-kadang pengelasan ini juga digolongkan sebagai pengelasan busur.

Sejalan dengan naiknya suhu pada permukaan kontak, tekanan perlahan-lahan ditingkatkan hingga terbentuk sambungan las-an Tekanan yang digunakan berkisar antara 35 hingga 170 MPa. Sirip tipis yang terbentuk di sekeliling sambungan biasanya dihilangkan dengan proses pemesinan.

Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam opearasi pengelasan ini, benda kerja dijepit dalam mesin dan ditekan, kemudian dialirkan arus listrik, sehingga terjadi pemanasan akibat adanya resistansi listrik. Laju pemanasan tergantung pada tekanan, jenis bahan, dan keadaan permukaan. Karena resistansi listrik berbanding terbalik dengan tekanan, maka tekanan mula biasanya rendah kemudian ditingkatkan (upseting force) sehingga terbentuk sambungan las-an. Tekanan yang digunakan berkisar antara 15 hingga 55 MPa. Cara pengelasan ini banyak digunakan untuk batang, pipa, struktur yang kecil, dan benda-benda lain dengan penampang yang sama.

Pengelasan perkusi, juga hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja durasi siklus pengelasan sangat pendek, umumnya hanya sekitar 1 hingga 10 mdetik. Pemanasan yang cepat dihasilkan dengan pelepasan energi listrik secara mendadak antara kedua permukaan, kemudian segera diikuti dengan proses perkusi (tumbukan) satu bagian terhadap bagian yang lain sehingga terbentuk sambungan las-an.

Pengelasan resistansi frekuensi tinggi, merupakan proses pengelasan resistansi listrik yang menggunakan arus bolak-balik frekuensi tinggi untuk menghasilkan panas, kemudian segera diikuti dengan memberikan gaya tekan tambahan (upset force), sehingga terjadi proses penyambungan.

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 kHz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan las-an dengan cepat. Variasi dari proses ini, disebut pengelasan induksi frekuensi tinggi (high-frequency induction welding, HFIW), arus pemanasan diinduksikan ke benda kerja dengan menggunakan kumparan induksi frekuensi tinggi, seperti ditunjukkan dalam gambar 13.17b. Kumparan tidak bersentuhan dengan benda kerja. Pengelasan resistansi frekuensi tinggi dan pengelasan induksi frekuensi tinggi adalah pengelasan tumpu kontinu yang digunakan dalam penyambungan pipa atau tabung dengan kampuh yang memanjang.

Pengelasan Gas
Dalam proses pengelasan gas, panas diperoleh dari hasil pembakaran gas dengan oksigen sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam dasar dan logam pengisi. Pengelasan gas juga sering digunakan untuk proses pemotongan logam.

Gas yang lazim digunakan adalah gas alam, asetilen, dan hidrogen. Di antara ketiga gas ini yang paling sering dipakai adalah gas asetilen, sehingga pengelasan gas pada umumnya diartikan sebagai pengelasan oksi-asetilen (oxyasetylene welding, OAW).

Pengelasan oksi-asetilen
Pengelasan oksi-asetilen merupakan proses pengelasan lebur dengan menggunakan nyala api temperatur tinggi yang diperoleh dari hasil pembakaran gas asetilen dengan oksigen. Nyala api diarahkan oleh ujung pembakar (welding torch tip). Pengelasan dapat dilakukan dengan atau tanpa logam pengisi, dan tekanan kadang-kadang digunakan untuk menyatukan kedua permukaan benda kerja yang akan disambung.

Bila digunakan logam pengisi, maka komposisi logam pengisi harus sama dengan komposisi logam dasar. Logam pengisi sering dilapisi dengan fluks, untuk membantu membersihkan permukaan dan melindungi las-an agar tidak terjadi oksidasi.

Nyala api dalam pengelasan oksi-asetilen dihasilkan oleh reaksi kimia asetilen (C2H2) dan oksigen (O2) dalam dua tahapan.

Tahapan pertama ditentukan oleh reaksi :
C2H2 + O2 2CO + H2 + panas

Hasil reaksi tersebut mudah terbakar, sehingga menyebabkan reaksi yang tahapan kedua :
2CO + H2 + 1,5O2 2CO2 + H2O + panas

Dua tahapan pembakaran dapat dilihat dalam emisi nyala api oksi-asetilen yang keluar dari ujung pembakar. Bila campuran oksigen dan asetilen 1 : 1, seperti yang dijelaskan pada formula reaksi kimia di atas, nyala api yang dihasilkan dikenal sebagai nyala netral .

Reaksi kimia tahap pertama terlihat sebagai kerucut dalam nyala api (berwarna putih bersinar), sedang reaksi tahap kedua terlihat sebagai kerucut luar yang membungkus kerucut dalam (hampir tanpa warna tetapi sedikit warna antara biru dan jingga). Suhu tertinggi dicapai pada nyala api ujung kerucut dalam, dan suhu tahap kedua suhunya di bawah ujung dalam tersebut. Selama pengelasan berlangsung, kerucut luar menyebar dan menutup permukaan benda kerja yang akan disambung, dan melindungi las-an dari pengaruh atmosfer sekelilingnya.

Panas total yang dilepaskan selama dua tahapan pembakaran asetilen adalah 1470 Btu/ft3 (55 x 106 J/m3). Tetapi karena suhu yang terdistribusi dalam nyala api, maka nyala api akan menyebar di atas permukaan benda kerja, dan hilang di udara, densitas daya dan efisiensi dalam pengelasan oksi-asetilen relatif rendah : f1 = 0,10 hingga 0,30.

Contoh soal
Ujung pembakar oksi-asetilen mensuplai 10 ft3 asetilen per jam dan oksigen dengan laju volume yang sama untuk operasi pengelasan oksi-asetilen pada baja 3/16 in. Panas yang dihasilkan dari pembakaran ditransfer ke permukaan benda kerja dengan efisiensi f1 = 0,25. Bila 75 % panas dari nyala api dikenakan ke daerah lingkaran pada permukaan benda kerja memiliki diameter 0,375 in., tentukan :

(a)laju panas yang dilepaskan selama pembakaran,

(b)laju panas yang ditransfer ke permukaan benda kerja,

(c)densitas daya rata-rata dalam daerah lingkaran.

Jawab :

(a)Laju panas yang dilepaskan selama pembakaran adalah :

HR = (10 ft3/hr.)(1470 Btu/ft3)

= 14.700 Btu/hr atau 4,08 Btu/sec.

(b)Laju panas yang ditransfer ke permukaan benda kerja :

f1 x HR = 0,25 x 4,08 = 1,02 Btu/sec.

(c)Luas daerah lingkaran pada permukaan benda kerja :

A = (0,3752)/4 = 0,1104 in. 2

Densitas daya rata-rata dalam daerah lingkaran :

Densitas daya = 0,75 (1,02)/0,1104 = 6,94 Btu/sec-in.2

Pengelasan Padat

Dalam proses pengelasan padat tidak digunakan logam pengisi, dan penyambungan dapat dicapai dengan :

(1)tekanan saja, atau

(2)panas dan tekanan.

Bila digunakan panas dan tekanan, jumlah panas yang diberikan dari luar pada umumnya tidak cukup untuk melebur permukaan bendakerja. Tetapi dalam beberapa kasus baik bila digunakan panas dan tekanan atau tekanan saja, bila energi yang dihasilkan cukup besar, maka dapat terjadi peleburan yang terlokalisir hanya pada permukaan kontak. Jadi dalam pengelasan padat, ikatan metalurgi diperoleh dengan sedikit atau tanpa peleburan logam dasar.

Syarat-syarat agar terjadi ikatan metalurgi yang baik :

(1)kedua permukaan kontak harus sangat bersih,

(2)kedua permukaan kontak satu sama lain harus saling menempel sangat rapat agar dapat terjadi ikatan atom.

Untuk beberapa proses pengelasan padat, waktu juga merupakan faktor penting.
Keuntungan pengelasan padat dibandingkan pengelasan lebur :

-bila tidak terjadi peleburan, maka tidak terbentuk daerah pengaruh panas (HAZ), dengan demikian logam disekeliling sambungan masih memiliki sifat-sifat aslinya;

-kebanyakan proses ini menghasilkan sambungan las yang meliputi seluruh permukaan kontak, tidak seperti pada operasi pengelasan lebur dimana sambungan berupa titik atau kampuh las;

-beberapa proses pengelasan padat dapat digunakan untuk menyambung logam yang tidak sama, tanpa memperhatikan ekspansi termal relatif, konduktivitas, dan permasalahan lain yang biasanya terjadi pada pengelasan lebur bila digunakan menyambung logam yang tidak sejenis.

Yang termasuk kelompok pengelasan padat antara lain :

-pengelasan tempa (forge welding);

-pengelasan dingin (cold welding, CW);

-pengelasan rol (roll welding, COW);

-pengelasan ledak (explosion welding, EXW);

-pengelasan gesek (friction welding, FRW);

-pengelasan ultrasonik (ultrasonic welding, USW)

Pengelasan tempa; pengelasan tempa merupakan teknik penyambungan logam yang paling tua. Komponen logam yang akan disambung dipanaskan hingga temperatur kerja kemudian bersama-sama ditempa dengan palu atau peralatan lainnya hingga tersambung menjadi satu.

Pengelasan dingin; adalah proses penyambungan logam pada temperatur ruang di bawah pengaruh tekanan. Akibat tekanan, permukaan benda kerja mengalami aliran dan menghasilkan sambungan las. Suatu contoh, kawat dan batang dijepit dalam jepitan khusus kemudian ditekan dengan tekanan yang cukup besar sehingga terjadi aliran plastik pada ujung sambungan. Sebelum penyambungan permukaan dibersihkan terlebih dahulu dengan sikat sehingga terbebas dari lapisan oksida. Beban tekan dapat dilakukan dengan perlahan-lahan atau dengan tumbukan (impak). Pengelasan dingin ini umumnya diterapkan pada aluminium dan tembaga, tetapi kadang-kadang juga diterapkan untuk penyambungan nikel, seng, dan monel.

Pengelasan rol; termasuk proses pengelasan padat dimana proses penekanannya menggunakan peralatan rol, baik dengan pemanasan dari luar atau tidak.

Bila tanpa menggunakan panas dari luar, prosesnya disebut pengelasan rol dingin, sedang bila menggunakan panas dari luar prosesnya disebut pengelasan rol panas. Pengelasan rol biasa digunakan untuk melapisi baja karbon atau baja paduan dengan baja tahan karat agar memiliki ketahanan terhadap korosi, atau untuk membuat dwimetal yang digunakan untuk pengukuran temperatur.

Pengelasan ledak; merupakan proses pengelasan padat dimana dua permukaan logam dijadikan satu di bawah pengaruh impak dan tekanan. Tekanan tinggi berasal dari ledakan yang ditempatkan dekat logam.

Kadang-kadang bahan pelindung seperti karet, menylubungi panel atas untuk menjcegah kerusakan permukaan. Keseluruhan ditempatkan di atas landasan yang dapat menyerap energi yang terjadi sewaktu operasi penyambungan.

Pengelasan gesek; penyambungan terjadi oleh panas gesek akibat perputaran logam satu terhadap lainnya di bawah pengaruh tekanan aksial. Kedua permukaan yang bersinggungan menjadi panas mendekati titik cair dan bahan yang berdekatan dengan permukaan menjadi plastis. Dalam gambar 13.22 ditunjukkan cara pengelasan dua poros. Tahapan proses adalah sebagai berikut :

(1)salah satu poros diputar tanpa bersentuhan dengan poros yang lain, dengan memutar pemegang (rotating chuck),

(2) kedua poros satu sama lain disentuhkan sehingga timbul panas akibat gesekan,

(3)putaran dihentikan, poros diberi gaya tekan aksial, dan

(4)sambungan las terbentuk.

Kerugian dari proses ini terletak pada keterbatasan bentuk yang dapat dilas, sedang keuntungannya adalah peralatan yang digunakan sangat sederhana, proses berjalan sangat cepat, persiapan benda kerja sebelum pengelasan minim, dan hemat energi. Selain itu logam tak sejenis dapat disambung pula dan siklus pengelasan dapat diprogramkan dengan mudah. Las gesek banyak digunakan untuk penyambungan plastik.

Pengelasan ultrasonik; adalah proses penyambungan pelat untuk logam yang sejenis maupun tak sejenis, umumnya dengan membentuk sambungan tindih.

Pengelasan ultrasonik (a) pemasangan untuk sambungan tindih, dan (b) pembesaran gambar daerah las

Energi getaran berfrekuensi tinggi mengenai daerah las dalam bidang sejajar dengan permukaan sambungan las. Gaya yang ada menimbulkan tegangan geser osilasi pada permukaan las, tegangan tersebut merusak dan mengelupas lapisan oksida. Slip permukaan ini menghasilkan kontak logam dengan logam, terjadi pencampuran logam dan terbentuklah manik las yang baik. Dalam proses ini tidak diperlukan pemanasan dari luar. Proses pengelasan ultrasonik hanya dapat diterapkan pada logam dengan ketebalan maksimal 3 mm, sedang ketebalan minimum tidak ada. Pada sambungan las terjadi deformasi plastik setempat pada batas permukaan dan kekuatannya lebih baik dibandingkan proses penyambungan lainnya.

Daftar Pustaka
1.B.H. Amstead, Phillip F. Ostwald, Myron L. Begeman, Manufacturing Processes, Seventh Edition, John Wiley & Sons Inc., New York, 1979.

2.Flemings, M.C.Solidification Processing, New York : McGraw-Hill, 1974,

3.Harsono Wiryosumarto, Toshie Okumura, Teknologi Pengelasan Logam, Cetakan Keenam, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 1994.

4.Kalpakjian, Manufacturing Engineering and Technology, Third Edition, Addison-Wesley Publishing Company, New York, 1995.

5.Mikell P. Groover, Fundamentals of Modern Manufacturing, Prentice-Hall International, Inc., New Jersey, 1996.

6.Metal Handbook,9th ed. Vol. 14 : Forming and Forging. Metal Park, Ohio: ASM International, 1988.

7.Tata Surdia, Kenji Chijiwa, Teknik Pengecoran Logam, Cetakan Ketujuh, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 1996.

Sabtu, 11 Januari 2014

Pengertian dan Fungsi Peripheral Komputer

Peripheral komputer adalah komponen tambahan yang berfungsi untuk mendukung kerja komputer sehingga fungsi kerja komputer menjadi maksimal. Peripheral terbagi menjadi 2 macam berdasarkan fungsi peripheral komputer tersebut, yaitu:

  • Peripheral utama, yaitu perangkat keras atau hardware yang harus ada jika kita megoperasikan komputer sehingga peripheral ini tidak dapat dipisahkan dengan komputer utama, contohnya: mouse, keyboard dan monitor.
  • Peripheral Pendukung, yaitu perangkat keras atau hardware yang tidak harus ada pada saat pengoperasian komputer, sehingga peripheral ini merupakan perangkat tambahan untuk memaksimalkan kerja komputer, contohnya: printer, scaner, modem, dan lain-lain.

Setiap perpheral mempunyai perasn dan fungsi masing-masing sehingga saling membantu sama lain. Dari macam peripheral diatas dapat digaris bawahi bahwa setiap peripheral saling mendukung kerja satu sama lain antara komponen peripheral utama maupun komponen peripheral pendukung. sebagai contoh untuk melakukan perintah print pada printer maka diperlukan keyboard atau mouse untuk memasukan intruksi agar komputer dapat melakukan perintah print.

Semoga artikel sederhana ini bisa bermanfaat ....

Senin, 06 Januari 2014

Pengertian dan Fungsi POST pada Komputer

POST atau Power On Self Test adalah serangkaian proses test yang dilakukan oleh komputer pada saat booting atau komputer pertama kali dihidupkan untuk mengetahui kondisi komponen perangkat keras komputer dan komponen pendukungnya. Dengan adanya proses POST memunginkan pengguna komputer dapat mengidentifikasi, menganalisis, mengisolasi menentukan letak kesalahan atau permasalahan pada komputer sehingga dapat menentukan langkah perbaikan yang paling tepat.

Dengan adanya proses ini sangat membantu user untuk menganalisis permasalahan pada komputer, dan jika terjadi permasalahan pada komputer tersebut maka komputer akan menampilkan tanda atau kode kesalahan. Kode-kode tersebut berupa:
1. Kode Suara beep
2. Kode angka yang ditampilkan pada layar monitor
3. kode pesan singkat

Kode- Kode kesalahan tiap komputer berbeda-beda tergantung BIOS yang digunakan. Ada 3 bios yang sering digunakan pada saat ini yaitu AMI BIOS, AWARDS BIOS dan PHOENIX BIOS. Tiap bios tersebut mempunyai pesan/kode masing-masing dalam mengidentifikasi permasalahan pada perangkatnya. Untuk mengetahui kode kesalahan pada pada BIOS baca artikel sebelumnya di Macam-macam BIOS dan kode beep pada BIOS.